Petualangan Mimpi

Posted by Balqis putika on 11:32 PM with No comments

Napasku terengah engah detak jantungku semakin mengencang. Seraya terus memutar otak untuk menemukan jalan keluar, sebelum monster itu mendekat. Wajahnya terus mengiang difikiranku, bagaimana ini ? jika ia menemukan ku ? aku akan menjadi bagian dari hidupnya? Oh tidak aku mencintai keluargaku , aku butuh masa depanku, aku tak ingin bersama monster itu. Tangis harus ku tahan tanganku membungkam mulutku yang sudah tak tahan menyimpan suara teriakan isak tangis ini.

Jalanan ini sangat luas jika harus kutapaki dengan pelarianku belum lagi napas yang terengah engah membuatku hampir saja mati. Hal konyol bila aku berlari mengambil jalan setapak yang sangat luas ini. Kubesarkan bola mataku berusaha lebih peka kepada setiap sudut di alam semesta. Apakah ada tempat persembunyian yang akan membantu ku dari takdir buruk ini.

Semak semak! aku berjalan menuju kearah semak semak, meski ku tahu ini ide gila bersembunyi dibalik semak semak tapi tak kupungkiri aku sudah tak dapat memutar otak ku lagi. Hanya ini alternatifku! Kurogoh pistol dari tasku ,jika sewaktu waktu monster itu menerkamku setidaknya aku punya alat untuk melawannya.

Pukul 20.00, tak sengaja kusaksikan jam ditanganku menunjukan pukul delapan. Seharusnya aku sudah tertidur di kamar minimalis ku seperti biasanya. Betapa menyesalnya aku selama ini tak kupedulikan keluargaku, aku hanya sibuk didalam bilik ku. Bagaimana jika monster itu benar benar menemukanku.

Cahaya apakah ini, ku kedipkan mataku sejenak kubuka. Sampaiku tersadar cahaya matahari telah bersinar terang diiringi dengan suara hembusan angin. Bagaimana aku bisa tertidur dalam keadaan panik semalam, kurasa lelah telah  mengalahkan segalanya.

Bunyi perutku mulai terdengar, “huh kau ini tak bisakah kau mengerti keadaan” seraya aku memegangi perutku. Mendapatkan makanan ditempat sunyi seperti ini bagaimana bisa sedang yang tersisa hanya semak semak bahkan kurasa kendaraan pun tak sudi melewati jalanan yang terkutuk ini.

Aku beranjak segera berdiri, kuhirup sejenak angin yang berhembus meski tak sepenuhnya kunikmati. Melangkah adalah hal terbaik daripada aku harus berdiam diri mengharapkah bantuan dari sanak saudara keluarga atau pun teman. Berapa lama jika aku harus menunggunya, bahkan jika ku menunggu mungkin mereka hanya dapat menemukan bangkai jasad ku.

Bukan kah hidup itu anugrah dan kematian itu pasti datang, dan bunuh diri adalah pilihan. Namun pilihan orang orang yang tak bersyukur atas anugrah. Berfikir realistis itulah aku mengambil keputusan diiringi konsekuensinya. Percaya atau tidak di setiap pilihan pasti ada pertanggung jawabannya dan kau harus siap memboyong keduanya. Meski terkadang dengan setengah hati bahkan tak ada hati dengan apa yang kau lakukan.

Akhirnya aku menemukan sebuah sungai setidaknya dapat mengobati rasa hausku, tanahnya sangat licin aku harus berhati hati dengan ini. Ups tidak bajuku tersangkut pada ranting pohon, ku gapai secara pelan pelan bajuku dan yes berhasil. Kutegakan badanku dengan sedikit senyuman bangga karena gadis yang biasanya hanya menghabiskan waktu di kamar dengan secuil keberanian kini seperti terlahir kembali dengan sejuta keberanian.

Oh tidak keseimbangan ku hilang , aku tergelincir kedalam tumpukan tanah. Huh kurasa aku masih seperti gadis yang dahulu. Penampilanku pasti kini sudah kacau, apa peduliku lagipula tak ada seorang pun di tempat ini. Kuhampiri sungai mengambil air menggunakan kedua tanganku dan meminumnya. Reda sudah haus ku namun perutku semakin kencang bunyinya.

Mataku berkedip tak kuasa melihat sinar yang begitu menyorot tepat di pupil mataku. Cahaya itu seperti pelangi berkilauan dengan warnanya yang bervariasi. Kemudian mulai terdengar suara musik yang begitu menggema, Apakah ada kehidupan di tempat terkutuk ini? Oh mungkin hanya halusinasiku saja. Ingin ku berlalu dari tempat ini namun kakiku terus memaksa tubuhku untuk mengikuti langkah kakiku.

Langkah demi langkah ku tapaki suara musik itu semakin terdengar keras. Rasa penasaran ku pun semakin menggebu gebu. Kini diikuti dengan wewangian yang menyengat, kuingat ingat wangi apakah ini? karena sudah lama rasanya aku tidak menghirup wewangian. Yang ku hirup biasanya adalah bau rumput bau lumpur dan sejenis lainnya. Ah bahkan otak ku tak mampu mengingat wewangian apakah ini.

Wah terkesimanya aku melihat tempat ini, penuh dengan eskrim dan cupcakes. Wangi yang kuhirup sedari tadi adalah wangi vanilla bercampur adonan cupcakes. Apakah ini yang dinamakan surga? Apakah aku sudah mati? Kurasa tak ada waktu untuk memikirkan itu. Ku menyaksikan Sungai yang mengalirkan susu susu, pohon pohon yang melahirkan es krim, cupcakes raksasa, kursi , meja bahkan tempat tidur  terbuat dari es krim pun ada disini.

Ku terus berputar putar mengelilingi sungai susu itu sesekali kucelupkan wajahku kedalamnya. Ku bersandar pada tempat tidur yang sangat lembut dan dingin. Ku menari nari mengikuti ritme musik yang terus berputar. Kesendirian tak akan membunuhku apabila seperti ini. Oh tuhan terimakasih atas ini, setidaknya aku dapat melupakan masalahku sejenak.

Tarianku berhenti karena musik berhenti, Apakah ada mahkluk selainku di tempat ini? Jika Iya, siapa? Apakah monster itu datang kembali. Kini fikiran ku mulai kacau kembali. Hiburan ini belum ku nikmati sepenuhnya. Bisakah waktu memutar ke belakang. Kenapa takdir buruk ini selalu menghampiri diriku. Suara mulai terdengar dari balik pepohonan dan semak semak. Suara itu terdengar menunjukan ada mahkluk yang berusaha keluar dari pepohonan itu. Ku langkahkan kakiku pelan pelan menuju belakang, berusaha menghindari mahkluk yang belum ku tahui wujudnya namun ketakutan ini dapat membunuhku apabila aku tak menghindar. Ops tanganku mulai membungkam mulut ku yang ingin menangis kencang ini. Dibelakangku adalah jurang yang hampir saja ku masuki.

 Aku melihat jurang itu, dan berfikir apakah aku harus mati konyol dengan menjatuhkan diri ke jurang untuk selamat dari monster itu. Hentakan kaki yang kencang membuatku sadar dari lamunan ku. Aku menoleh kebelakang suara hentakan apa itu. Kubuka tutup mataku sesekali kugunakan tanganku untuk membersihkan mataku., Bagaimana bisa aku percaya di depanku terdapat seekor kuda terbang. Sesekali kuda itu meringkik dengan khas suara kuda, aku mulai melangkahkan kakiku mendekatinya.

Kubelai sayapnya yang halus, ku rasa aku tertarik untuk menungganginya. kakiku telah sampai di tubuhnya dan tubuhku kini berada tepat diatas punggungnya. Detak jantungku hampir saja terlepas, kuda ini mengagetkanku dengan terbang secara tiba tiba. Aku tak percaya aku berada di atas awan, aku akan menyentuhnya. Aku tak percaya dapat melihat bintang sedekat ini betapa indahnya bintang bintang yang bertaburan di langit, dan kalau boleh akan kubawa satu bintang ini untuk adikku. Ternyata bintang ini sangat mudah digapai dan kini aku memilikinya.

Kuda terbang ini mulai mendaratkan dirinya, namun ia akan mendaratkanku dimana. Ia membawaku pulang ke rumah. Aku segera turun dari tunggangannya dan berlari memasuki rumah. Kedipan mataku merubah segalanya, cat putih, wewangian obat mulai tercium, dan tanganku tertanam infusan , perban dikepalaku. Dan aku melihat seluruh keluargaku berada diruangan ini? Ada apa denganku ?.


Dan ketika mereka melihatku membuka mata mereka mengucap syukur karena kau telah sadar dari koma selama 3 hari. Jadi selama ini aku koma dan berjelajah di alam mimpiku. Syukurlah aku masih dapat bertemu keluargaku.